makalah komunikasi antar budaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia
senantiasa saling berhubungan satu sama lain. Untuk itulah peran komunikasi
dibutuhkan. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi
dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Oleh sebab itu,
menurut dokter Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah
merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernapas.
Sepanjang manusia ingin hidup, maka mereka memerlukan komunikasi.
Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah
dikenal sangat heterogen dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku
bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Tidaklah asing bagi kita
sebagai warga Negara Indonesia dengan adanya perbedaan budaya di kalangan
masyarakat kita, karena mengingat begitu luasnya wilayah indonesia.
Konflik antar budaya terutama yang
berkaitan dengan isu SARA (Suku, Ras, Agama, dan Antar Golongan) sering kali
terjadi di Indonesia khususnya di Kendari. Karena adanya hambatan komunikasi
dan permasalahan komunikasi yang mengakibatkan terjadinya konflik karena
komunikasi tidak bisa berjalan dengan lancar. Dengan budaya yang berbeda dan
latar belakang yang berbeda pula pasti mempengaruhi cara seseorang atau golongan
dalam berkomunikasi, dan ini sering kali mengakibatkan salah tafsir atau
persepsi antara orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda, dan sering kali
menimbulkan konflik karena kesalah fahaman. Dalam kajian makalah ini, saya
ingin mengupas lebih dalam lagi, apa itu konflik? Dan mengapa konflik itu bisa
terjadi? Serta hambatan komunikasi apa yang dapat memicu kebuntuan komunikasi
sehingga menimbulkan konflik? Apa pemecahan masalah untuk menghindari
permasalahan komunikasi ini agar terjalin hubungan antar budaya yang damai?
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian komunikasi antar budaya ?
2. Apa
fungsi komunikasi antar budaya ?
3. Apa
prinsip-prinsip komunikasi antar budaya ?
4. Apa
hambatan dalam komunikasi antar budaya ?
5. Bagaimana
menjalin komuniksai antar budaya yang efektif ?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian komunikasi dan kebudayaan
2. Untuk
mengetahui fungsi-fungsi komunikasi antar budaya
3. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip komunikasi antar budaya
4. Untuk
mengetahui hambatan dan masalah komunikasi antar budaya
5. Untuk
mengetahui keefektifan komunikasi antar budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Komunikasi antar Budaya
Beberapa ahli komunikasi antar
budaya mengemukakan pendapatnya tetang komunikasi antar budaya sebagai berikut
:
1.
Menurut Stewart L.
Tubbs komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda
budaya (baik dalam arti ras,etnik,atau perbedaan sosial ekonomi).
2.
Samovar dan Porter
(1972) komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman
yang berbeda dan mencerminkan nilai yang di anut oleh kelompoknya , baik berupa
pengalaman, pengetahuan maupun nilai.
3.
Menurut Young Yun Kim
(1984) komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana
orang-orang yang terlibat di dalam nya, baik secara langsung maupun tidak
langsung memiliki latar belakang yang berbeda.
Komunikasi antar budaya adalah
komunikasi yang terjadi di antara orang- orang yang memiliki kebudayaan yang
berbeda (bisa beda ras, etnik, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Sebenarnya seluruh perbendaharaan
perilaku manusia sangat bergantung pada budaya tempat manusia tersebut
dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya
beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses
budaya. Artinya komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak
lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya ketika kita berkomunikasi dengan suku Aborigin Australia,
secara tidak langsung kita sedang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu
milik kita untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan lain
2.2
Fungsi
Komunikasi antar Budaya.
Fungsi komunikasi antar budaya
sendiri dibagi menjadi dua, yaitu fungsi pribadi dan fungsi sosial :
1.
Fungsi
pribadi
adalah fungsi-fungsi
komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari
seorang individu.
A. Menyatakan
Identitas Sosial
Dalam
proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu
yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan
melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku
berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat
diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
B. Menyatakan
Integrasi Sosial
Inti
konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh
setiap unsur. Salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama
atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi
antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan
komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip
utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: “saya
memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan
sebagaimana yang saya kehendaki”. Dengan demikian komunikator dan komunikan
dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
C. Menambah
Pengetahuan
Seringkali
komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling
mempelajari kebudayaan masing-masing. Sehingga kita tidak hanya mengetahui satu
budaya tetapi kita juga dapat mengetahui budaya lain.
D. Melepaskan
Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang
kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari jalan
keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu
berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
2.
Fungsi
Sosial
A. Pengawasan
Praktek
komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda
kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi
antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan
"perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan
oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang
terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks
kebudayaan yang berbeda.
B. Menjembatani
Dalam
proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua
orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara
mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang
mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah
pesan sehingga menghasilkan makna yang sama.
C. Sosialisasi
Nilai
Fungsi
sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai
kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
D. Menghibur
Fungsi
menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya
menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak
di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam
kategori hiburan antarbudaya.
2.3 Prinsip–prinsip Komunikasi antar Budaya
1. Relativitas
bahasa
Gagasan
umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan
oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang
tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses
kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal
karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan
bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara
mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2. Bahasa
sebagai cermin budaya
Bahasa
mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi
baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan
antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit
komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak
kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan
salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas
(bypassing).
3. Mengurangi
ketidakpastian
Makin
besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dan ambiguitas
dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi
ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi,
dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidak-pastian dan ambiguitas yang
lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi
ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
4. Kesadaran
diri dan perbedaan antar budaya
Makin
besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para
partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif.
Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini
mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak
patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan
kurang percaya diri.
5. Interaksi
awal dan perbedaan antar budaya
Perbedaan
antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur
berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun
selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain,
kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6. Memaksimalkan
hasil interaksi
Dalam
komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan
hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi
komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang
mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil
yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan
komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan
mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana
yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil
dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang
ditunjukkan, dan sebagainya.
2.4
Hambatan
dalam komunikasi antar Budaya
Hambatan komunikasi atau yang juga
dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi
penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Contoh dari hambatan
komunikasi antarbudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat
anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di
Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti
bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar
budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita
lalui. Proses dialog budaya antar masyarakat memiliki hambatan yang intensif.
Hambatan-hambatan tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Chaney & Martin
(2004), yaitu sebagai berikut :
1.
Fisik
(Physical)
Hambatan komunikasi semacam
ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media
fisik.
2.
Budaya
(Cultural)
Hambatan ini berasal
dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara
budaya yang satu dengan yang lainnya.
3.
Persepsi
(Perceptual)
Jenis hambatan ini
muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai
suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai
pemikiran yang berbeda-beda.
4.
Motivasi
(Motivational)
Hambatan semacam ini
berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah
pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah
pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi
hambatan komunikasi.
5.
Pengalaman
(Experiantial)
Experiental adalah
jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman
hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep
yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
6.
Emosi
(Emotional)
Hal ini berkaitan
dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar
sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit
untuk dilalui.
7.
Bahasa
(Linguistic)
Hambatan komunikasi
yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan
(receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak
dimengerti oleh penerima pesan.
8.
Nonverbal
Hambatan nonverbal
adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi
hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima
pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah
marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin
saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan
pesan kepada penerima pesan.
9.
Kompetisi
(Competition)
Hambatan semacam ini
muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil
mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena
melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan
mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.
2.5
Keefektifan
Komunikasi Antar Budaya
Sebagaimana sebuah aktivitas komunikasi
yang efektif apabila terdapat persamaan makna pesan antara komunikator dan
komunikan, demikian juga halnya dengan komunikasi antarbudaya. Tetapi hal ini
menjadi lebih sulit mengingat adanya unsur perbedaan kebudayaan antara
pelaku-pelaku komunikasinya. Itulah sebabnya, usaha untuk menjalin komunikasi
antarbudaya dalam praktiknya bukanlah merupakan suatu persoalan yang sederhana.
Terdapat banyak masalah-masalah potensial yang sering terjadi di dalamnya,
seperti yang telah di jabarkan diatas.
Komunikasi antarbudaya yang benar-benar
efektif menurut Schramm harus memperhatikan empat syarat, yaitu:
1. Menghormati
anggota budaya lain sebagai manusia.
2. Menghormati
budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan sebagaimana yang kita kehendaki.
3. Menghormati
hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak.
4. Komunikator
lintas budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang dari
budaya yang lain.
Sedangkan De Vito mengemukakan
konsepnya tentang efektivitas komunikasi sangat ditentukan dari sejauh mana
seseorang mempunyai sikap:
1.
Keterbukaan
Sikap keterbukaan yang
dimaksud De Vito, meliputi:
a. Sikap
seseorang komunikator yang membuka semua informasi tentang pribadinya kepada
komunikan, sebaliknya menerima semua informasi yang relevan tentang dan dari
komunikan dalam rangka interaksi antarpribadi;
b. Kemauan
seseorang sebagai komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap pesan yang
datang dari komunikan;
c. Memikirkan
dan merasakan bahwa apa yang dinyatakan seorang komunikator merupakan tanggung
jawabnya terhadap komunikan dalam suasana situasi tertentu.
2.
Empati
Perasaan empati ialah
kemampuan seorang komunikator untuk menerima dan memahami orang lain seperti ia
memahami dirinya sendiri. Jadi ia berpikir, merasa, berbuat terhadap orang lain
sebagaimana ia berpikir, merasa dan berbuat terhadap dirinya sendiri.
3.
Memberi
dukungan
Memberi dukungan ialah
suatu situasi kondisi yang dialami komunikator dan komunikan terbebas atmosfir
ancaman, tidak dikritik dan ditantang.
4.
Merasa
seimbang
Merasa keseimbangan
ialah suatu suasana yang adil antara komunikator dan komunikan dalam hal
kesempatan yang sama untuk berpikir, merasa dan bertindak
Strategi
Peningkatan Komumikasi Antar Budaya :
·
Mengenali diri sendiri.
·
Menggunakan kode atau
bahasa yang sama.
·
Menunda penilaian dan
memberi cukup waktu pada orang lain untuk mencapai tujuannya.
·
Memperhitungkan
lingkungan fisik dan manusia.
·
Meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi.
·
Mendorong feedback (
Umpan balik ).
·
Mengembangkan empati.
·
Mencari
persamaan-persamaan diantara kebudayaan - kebudayaan yang berbeda.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum sebenarnya tujuan
komunikasi antarbudaya antara lain untuk menyatakan identitas sosial dan
menjembati perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru, mempelajari
sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan, serta sekedar
menapatkan hiburan atau melepaskan diri. Komunikasi antarbudaya yang intensif
dapat mengubah persepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat meningkatkan
kreativitas manusia. Berbagai pengalaman atas kekeliruan dalam komunikasi
antarbudaya sering membuat manusia makin berusaha mengubah kebiasaan
berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman terhadap latar
belakang budaya orang lain. Banyak masalah komunikasi antarbudaya sering kali
timbul hanya karena orang kurang menyadari dan tidak mampu mengusahakan cara
efektif dalam berkomunikasi antarbudaya (Liliweri, 2004:254). Tujuan Komunikasi Antar Budaya adalah :
·
Memahami
perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi
·
Mengkomunikasi
antar orang yang berbeda budaya
·
Mengidentifikasikan
kesulitan – kesulitan yang muncul dalam komunikasi
·
Membantu
mengatasi masalah komunikasiyang disebabkan oleh perbedaan budaya
·
Meningkatan
ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi
·
Menjadikan
kita mampu berkomunikasi secara efektif.
Komentar
Posting Komentar