Gaya Kepemimpinan Laisser Faire
MAKALAH
TIPE GAYA KEPEMIMPINAN LAISSER FAIRE
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Leadership
Disusun oleh :
1.
Rizal
Ali. M (1510631020189)
2.
Septa
Purnamasari (1510631020200)
3.
Singgih
Ramadhana (1510631020204)
Kelas : 4MA-6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga
dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan -
khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181) Kepemimpinan
dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal dengan menguasai keterampilan
dalam menghadapi orang lain dengan efektif (Lefton & Buzzotta, 2004).
Keterampilan tersebut adalah menilai orang lain,
berkomunikasi, emotivasi dan
menyesuaikan diri. Pemimpin keperawatan yang efektif tidak akan menggunakan
cara dan pendekatan yang sama untuk semua bawahan melainkan membedakan teknik
komunikasi dan cara memotivasi bawahan yang satu dengan yang lainnya.
Kepemimpinan efektif merupakan gaya memimpin yang
dapat menghasilkan keluaran melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin
harus memastikan bahwa bawahan melaksanakan pekerjaannya berdasarkan
keterampilan dan komitmen yang dimiliki terhadap pekerjaan untuk menghasilkan
keluaran yang terbaik (Leffton & Buzzotta, 2004). Gaya kepemimpinan sangat
mempengaruhi produktifitas kerja.
Sebagaimana yang sedang terjadi di negara kita saat
khususnya, krisis kepemimpinan melanda dimana sebagian besar seseorang yang
dijadikan pemimpin tidak menjalankan perannya dengan baik, baik dilihat dari
sisi kecakapan, sikapnya dalam menjalankan kepemimpinannya dan kurangnya
kepercayaan dari karyawan. Tidak jarang seorang pemimpin dibenci oleh
karyawannya sehingga hal ini bisa memicu ketidak harmonisan, konflik internal,
motivasi kerja sampai pencapaian produktivitas kerja yang menurun.
Teori kepemimpinan Laissez-faire , secara sempit dapat
diartikan sebagai kepemimpinan dengan gaya yang bebas, gaya kepemimpinan yang
seperti ini harus dikenali dengan baik akibat yang akan ditimbulkan dalam
sebuah organisasi.
A.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah “Bagaimana gambaran tentang teori gaya
kepemimpinan Laissez-faire”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran dan menjelaskan
tentang teori gaya kepemimpinan Laissez-faire.
2. Tujuan Khusus
a.
Menjelaskan tentang apa yang
dimaksud dengan kepemimpinan dan gaya kepemimpinan.
b.
Memberikan penjelasan tentang apa
yang dimaksud Teori Kepemimpinan Laissez-Faire
c.
Memberikan penjelasan tentang ciri
dari teori kepemimpinan Laissez-Faire.
d.
Memberikan penjelasan tentang
bagaimana kelebihan dan kekurangan Teori Kepemimpinan Laissez-Faire.
e.
Memberihan gambaran tentang hasil
analisis dari dilapangan tentang Teori Kepemimpinan Laissez-Faire.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Defenisi Kepemimpinan dan Gaya
Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership)
merupakan intisari manajemen. Dengan kepempinan yang baik, proses manajemen
akan berjalan lancar dan karyawan bergairah melaksanakan tugas-tugasnya. Gairah
kerja, produktivitas kerja, dan proses manajemen suatu perusahaan akan baik
jika tipe, gaya, cara kepemimpinan yang diterapkan manajernya baik.
Salah satu faktor pendukung terciptanya produktivitas
tinggi adalah peran pemimpin yang mampu menampilkan kepemimpinanya secara
professional. Eksistensi pemimpin semakin penting ketika dihadapkan pada
situasi dengan keragaman karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anggota
organisasi, namun masinmg-masing tetap dituntut untuk dapat berkontribusi secara
optimal bagi oraganisasinya.
Definisi kepemimpinan telah mengalami perkembangan dan
pergeseran. Dalam paradigma lama kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan
kesiapan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dengan
memotivasi, menggerakkan, mengarahkan, mengajak, menuntun dan jika perlu
memaksa mereka untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dalam paradigma
baru, kepemimpinan dimaknai secara lebih luas, bukan sekedar kemampuan
mempengaruhi, yang lebih penting adalah kemampuan member inspirasi kepada pihak
lain, agar mereka secara proaktif tergugah untuk melakukan berbagi tindakan demi
tercapainya visi, misi dan tujuan oragnisasi.
Pemimpin organisasi di era baru adalah visi, yang akan
memberi arah kemana organisasi akan dibawa. Dengan demikian siapapun yang
mengemban tugas, manajemen harus tetap merujuk pada visi organisasi, dan menampilkan
diri sebagai sosok panutan yang visioner.
Berikut adalah definisi-definisi yang dikemukakan para
ahli:
·
Kepemimpinan adalah seni seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Drs. H. Malayu S.P.
Hasibuan)
·
Kepemimpian adalah kemampuan pribadi
untuk menegaskan keputusan yang memberikan dimensi mutu dan dimensi kesusilaan
terhadap koordinasi kegiatan organisasi dan perumusan tujuannya. (Chester
Irving Barnad)
·
Kepemimpinan adalah proses
memengaruhi kegiatan kelompok yang dioraganisasi menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M.Stogdill)
·
Kepemimpinan merupakan motor atau
daya penggerak dari semua sumber dan alat yang tersedia dalam sebuah
organisasi. (Sondang P.Siagian)
·
Kepemimpinan dalam organisasi
berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan (Robert Dubin)
·
Individu di dalam kelompok yang
memberikan tugas pengarahan dan
pengorganisasian yang relevan dengan
kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E. Friedler)
·
Kepemimpinan adalah pengaruh
antarpribadi yang dilaksanakan dalam
situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi menuju pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan spesifik. (Komaruddin
Sastradipoera, dalam Jurnal Manajerial
Volume 2 Nomor 3 (2003:2))
·
Leadership
is the activity of influencing people to cooperate toward some goals which come
to find desirable.
Kepemimpinan adalah kegiatan
memengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan
yang mereka inginkan. (Ordway Tead)
·
Leadership
as te process of influencing the activities of an organized group in it efforts
toward goal setting and goal achievement.
Kepemimpinan sebagian proses
memengaruhi kegiatan yang diorganisasi
dalam kel;ompok di dalam usahanya mencpai suatu tujuan yang telah ditentukan.
(William G. Scott)
·
Leadership
is the art of coordinating and
motivating individuals and group to
achieve desired ends.
Kepemimpinan adalah seni
mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu dan kelompok-kelompok untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (John D. Pfiffner & Robert Presthus)
·
Leadership
is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal
and confident.
Kepemimpinan adalah seni membujuk
bawahan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan semangat keyakinan. (Harold
Kontz dan Cyrill O’Donel)
·
Leadreship
is a process influencing other peoplefor the purpose of achieving shared goals.
Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama. (Kae.H.Cung
& Leon C.Magginson)
·
Leadership
is the process influencing the
activities of individual ar agroup in efford toward goal achievement in a given
situation.
Kepemimpinan adalan proses
mempengaruhi kegiatn individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan
dalam situasi tertentu. (Paul Hersey & Kenett H. Blanchard)
·
Leadership
is the process by which a person exert
influence over other people and inspires, motivates, and direct their
activities to help achieve group or organizational goals. The person who exerts
such influence is a leader (Gareth R.Jones et al. 2000:463)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemempuan atau kekuatan
seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi pemikiran (mindset) orang lalin agar mau dan mampu untuk mengikuti kehendaknya
dan member inspirasi kepada pihak lain untuk merancang sesuatu yang lebih
bermakna. Sedangkan pemimpin adalah orang yang memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi dan member inspirasi kepada orang lain agar mereka menunjukkan
respon tertentu dalam merealisasikan visi dan misi organisasi.
Esensi pengaruh (influences)
dalam konsep kepemimpinan bukanlah semata-mata berbentuk instruksi melainkan
lebih merupakan motivasi atau pemicu (trigger)
yang dapat memberi inspirasi pada bawahan, sehingga inisiatif dan kreativitas
mereka dapat berkembang secara optimal untuk meningkatkan kinerjanya.Sehubungan
dengan hal tersebut, maka yang paling penting dalam mengaplikasikan
kepemimpinan adalah bagaimana memanfaatkan faktor-faktor eksternal untuk
mengembangkan faktor interbal sehingga mendorong timbulnya kinerja produkktif.
Denagan demikian, kepemimpian bukanlah
sesuatu yang statis karena pola perilaku kepemimpinan yang ditampilkan setiap
orang senantiasa bergerak dinamis mengikuti perubahan tuntutan internal maupun
eksternal.
Esensi yang terkandung pada definisi-definisi
menunjukkan bahwa kepemimpinan mencerminkan kulaitas kegiatan kerja dan
interaksi kelompok, yang member sumbangan atau berkontribusi terhadap
berkembangnya situasi kerjasama internal maupun eksternal. Kepemimpinan dan kelompok merupakan dua hal yang tidak
da[pat dipisahkan , memiliki interelasi dan interdependensi yang erat.
Sedangkan gaya kepemimpinan itu sendiri menurut
Suyanto (2008) merupakan suatu pola perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan
ketika mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena perilaku yang
diperlihatkan oleh bawahan pada dasarnya adalah respon bawahan terhadap gaya
kepemimpinan yang dilakukan pada mereka. Ada pula yang mendefenisikan sebai
berikut, Gaya kepemimpinan adalah teknik-teknik gaya kepemimpinan dalam
mempengaruhi stafnya dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan kewenangan dan
kekuasaan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
Gaya kepemimpinan berbeda-beda sekalipun mereka
menganut sistem yang sama, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik
atau lebih jelak dari pada gaya kepemimpinan yang lain. Menurut
(Rivai,2003:61), gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi
dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang
pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.
B. Teori kepemimpinan Laissez-faire
Menurut Heidjrachman dan Husnan (1990:224) gaya
kepemimpinan dibagi menjadi tiga macam
dimana salah satunya adalah gaya kepemimpinan Laissez-faire.
Laissez-faire berasal dari bahasa prancis yang berarti
“tinggalkan itu sendiri”. Gaya kepemimpinan ini lebih banyak menekankan
keputusan kelompok dan memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam menentukan
tujuan dan metode mereka yang akan dicapai.
Kepemimpinan “membiarkan” artinya pemimpin melepaskan
tanggung jawabnya meninggalkan karyawan tanpa arah, supervisi dan koordinasi
yang jelas serta memaksa karyawan untuk membuat perencanaan, mengimplementasikannya,
dan menilainya menurut apa yang mereka rasakan tepat tanpa adanya suatu standar
yang jelas. Dalam kondisi tertentu pemimpin hanya berfungsi sebagai
fasilitator.
Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan
kelompok serta dalam bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut
kepada bawahan. Pemimpin tidak membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan
dan hanya sedikit melakukan kontak atau hubungan dengan para bawahan sehingga
bawahan dituntut untuk memiliki kemampuan dan keahlian yang tinggi.
Gaya ini dapat bekerja dengan baik hanya pada bidang
yang kecil, atau bilamana anggota-anggota dari kelompok memiliki tingkat
pendidikan yang sama dengan pemimpinnya dan pemimpin melakukan tugas yang sama
dengan anggota-anggotanya. Dalam beberapa situasi, gaya kepemimpinan
Laissez-faire dapat membiarkan orang–orang merasa kehilangan dan frustasi
karena kurangnya bimbingan dari pemimpin.
Ketika mereka mencoba untuk mencapai beberapa tujuan,
seringkali hanya menginput dari pemimpin yang mengerjakan yang salah. Ketika
menghadapi keputusan yang sukar, pemimpin laissez-faire biasanya menghindari
membuat sebuah keputusan dengan harapan masalah akan terpecahkan sendiri.
Gaya kepemimpinan seseorang sebenarnya dapat dilihat
dan ditentukan ketika terjadi komunikasi dengan para pengikutnya. Yaitu
dari bagaimana para pengikutnya
memberikan penilaian atas perilaku dari pemimpinnya. Sehingga keefektifan
seorang pemimpin tergantung pada tanggapan para pengikutnya atas perilaku
pemimpin yang bersangkutan pada saat mereka saling.
C. Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan
Laissez-faire
Pandangan seorang pemimpin yang laissez faire
memperlakukan para bawahan sebagai orang-orang yang bertanggung jawab,
orang-orang yang dewasa, orang-orang yang setia dan lain sebagainya.Nilai yang
tepat dalam hubungan atasan-bawahan adalah nilai yang didasarkan kepada saling
mempercayai yang besar.
Sikap seorang pemimpin yang laissez faire dalam
memimpin organisasi:
1.
Sikap yang permisif, dalam arti
bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan
bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan
organisasi tetap tercapai;
2.
Kepentingan dan kebutuhan para bawahan
mendapat perhatian besar karena dengan terpeliharanya kepentingannya dan
terpuaskan kebutuhannya para bawahan itu, mereka akan dengan sendirinya
berperilaku positif dalam kehidupan organisasionalnya;
3.
Memperlakukan bawahan sebagai rekan
sekerja, hanya saja kehadirannya sebagai pimpinan diperlukan sebagai akibat
dari adanya struktur dan hirarki organisasi;
4.
Pendelegasian wewenang terjadi
secara ekstensif;
5.
Pengambilan keputusan diserahkan
kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada para petugas
operasonal, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut
keterlibatannya secara langsung;
6.
Status duo organisasional tidak
tertanggu;
7.
Penumbuhan dan pengembangan
kemampuan berfikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para
anggota organisasi yang besangkutan sendiri;
8.
Sepanjang dan selama para anggota
organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi
pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum;
Ciri-cirinya:
1.
Pemimpin menyerahkan tanggung jawab
pada pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan,
2.
Pemimpin memberikan kebebasan kepada
bawahan untuk mengemukakan ide, saran, dab pendapat.
3.
Pemimpin menyerahkan kepada bawahan
sepenuhnya dalam hal pengambilan keputusan.
4.
Pemimpin percaya bawahannya mampu
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
5.
Pemimpin membiarkan bawahannya
memilih cara-cara yang dikehendaki dalam menyelesaikan tugas (Gillies, 1994 dan La Monica,1986)
Menurut William
C. Miller dalam buku Creative Edge:
1.
Memerintah (tell) contohnya
“berdasarkan keputusan saya, ini adalah apa yang saya ingin anda lakukan”
2.
Membujuk (sell) contohnya
“Berdasarkan keputusan, saya ingin anda lakukuakan, karena .........”
3.
Berkonsultasi (consul). Contohnya”
Sebelum saya membuat kepyutusan saya menginginkan masukan dari anda.”
4.
Meminta Partisipasi ( partisipative)
contoh “ Kita perlu membuat suatu ke potudan bersama.”
5.
Memdelegasikan (delegate) contoh “
Anda saja yang membuat keputusaan”
D. Kelebihan dan Kekurangan dari Gaya
Kepemimpinan Laissez-Faire
1. Kelebihan laissez faire :
a.
Pemimpin akan menyerahkan keputusan
kepada keinginan kelompok sehingga keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan
bersama.
b.
Ada kemungkinan bawahan dapat
mengembangkan kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkahkan
serta mengembangkan rasa tanggung jawab.
c.
Bawahan lebih bebas untuk
menunjukkan persoalan yang dianggap penting sehingga proses penyelesaianya
lebih cepat.
2. Kelemahan laissez faire :
a.
Tidak mampu
melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik.
b.
Tidak mempunyai
wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.
c.
Bila bawahan
terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan memaka bayak waktu
bila bawahan kurang pengalaman.
E. Analisis Penerapan Gaya Kepemimpinan
Laissez-Faire
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Irman Somantri, dkk.pada tahun 2006 di RS. TNI
AU TK II “Dr. SALAMUN”, analisis antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja
aspek imbalan didapatkan hubungan yang signifikan, dimana dari hasil penelitian
didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat keterlibatan pimpinan dalam mengatur
bawahan maka kepuasan kerja yang muncul semakin tinggi pula. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa kepala ruangan dengan gaya kepemimpinan otoriter
dianggap mampu memberikan kepuasan kerja aspek imbalan sebesar 1,398 kali
dibandingkan kepala ruangan yang mempunyai gaya kepemimpinan laissez faire.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Daniel Tambunan, dkk. pada 14 responden di
Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS. HKBP Balige tahun 2012 ditemukan gaya
kepemimpinan kepala ruangan adalah Laissez Faire dengan produktivitas kerja
tinggi sebesar 15,38% dan produktivitas kerja rendah sebesar 84,61%. Gaya ini
efektif dijalankan dalam memimpin apabila perawat di ruangan tersebut memiliki
pengalaman yang banyak dalam merawat pasien dan keterampilan yang baik,
kreativitas tinggi, pintar, memiliki kinerja yang baik dan tanggap akan kondisi
pasien sehingga tidak memerlukan pengawasan dari atasan. Seperti yang telah
dikemukakan dalam tinjauan pustaka bahwa gaya kepemimpinan Laissez Faire ini
memiliki gaya santai yang berpandangan bahwa organisasi tidak menghadapi maslah
yang serius dan kalaupun ada selalu dapat ditemukan penyelesaiannya.
Pemimpin ini
juga tidak senang mengambil resiko, sementara pekerjaan perawat mempunyai
resiko yang sangat tinggi karena berhubungan dengan nyawa seseorang. Pasien
menyerahkan dan mempercayakan sepenuhnya kesembuhan penyakit yang dideritanya
pada tim medis dan dalam hal ini perawat memiliki andil yang besar karena
perawat yang bersama pasien dan memantau kondisi pasien selama 24 jam per hari.
Pemimpin ini juga melimpahkan wewenang kepada para bawahan dan enggan
memberikan sanksi, pimpinan hanya sebagai official, staf yang menentukan
sendiri kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan tanpa pengarahan, supervise dan
koordinasi sehingga kendali yang dilakukan pimpinan sangat minimal dan hanya
bersifat laporan. Sehingga dalam pembagian tugas tidak ada yang mengontrol dan
tanggung jawab untuk merawat pasien bukan menjadi hal yang utama karena tidak
adanya pengawasan dari pemimpin mereka. Dan pemimpin ini memperlakukan para
bawahan sebagai rekan karena itu hubungan bersifat hierarkis tidak disenanginya
dan keserasian dalam interaksi organisasional dipandang sebagai etos yang perlu
dipertahankan.
Menurut
kelompok kami, penerapan gaya kepemimpinan seperti ini harus dikombinasikan
dengan gaya kepemipinan yang lain, sehingga bisa menjadi gaya kepemimpinan yang
demokratis dengan kepercayaan tinggi. Jadi, bukan berarti sepenuhnya buruk
karena dalam menjalankannya pemimpin menaruh kepercayaan yang tinggi pada
karyawan. Tetapi dalam penerapan di dunia kerja perawat hal ini tidak
sertamerta baik karena pendelegasian yang ekspansif, yang bisa menimbulkan
kekacauan dalam tanggunggugat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kepemimpinan
merupakan masalah yang sangat penting dalam manajemen dan organisasi. Bahkan
ada yang menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan jantung tau intinya manajemen
dan organisasi. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku yang
ditampilkan sebagai pimpinan ketika mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.
Gaya
pemimpin Laissez-faire memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam menentukan
tujuan dan metode mereka yang akan dicapai. Rencana yang sedikit, membuat
keputusan yang minimal, dan kurangnya keterlibatan pemimpin.
Ciri dari
gaya kepemimpinan ini ialah:
1.
Pemimpin menyerahkan tanggung jawab
pada pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan,
2.
Pemimpin memberikan kebebasan kepada
bawahan untuk mengemukakan ide, saran, dab pendapat.
3.
Pemimpin menyerahkan kepada bawahan
sepenuhnya dalam hal pengambilan keputusan.
4.
Pemimpin percaya bawahannya mampu
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
5.
Pemimpin membiarkan bawahannya
memilih cara-cara yang dikehendaki dalam menyelesaikan tugas
Ada pun
kelebihan dari gaya kepemimpiananlaissez faire :
1.
keputusan yang dihasilkan menjadi
keputusan bersama.
2.
mengembangkan kemampuannya, daya
kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkahkan serta mengembangkan rasa
tanggung jawab karyawan.
3.
Bawahan lebih bebas untuk
menunjukkan persoalan yang dianggap penting sehingga proses penyelesaianya
lebih cepat.
Adapun kelemaha gaya kepemimpinan laissez faire :
1.
Tidak mampu
melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik.
2.
Tidak
mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.
3.
Bila bawahan
terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan memaka bayak waktu
bila bawahan kurang pengalaman.
Dalam penerapannya karyawan kurang menyukai gaya
kepemimpinan ini, dan menghasilkan produktivitas yang rendah bagi
karyawan.
B. SARAN
Gaya kepemimpinan Laissez-faire
tidak bisa juga dikatakan sebagai gaya kepemimpinan yang buruk, tetapi lebih
baik seorang pemimpin memilih gaya kepemimpinan yang sesuai untuk organisasi atau institusi maupun
kelompok yang dipimpinnya.
Bagi para
pembaca sebaiknya lebih mengenali gaya kepemimpinan apa yang cocok untuk
organisasinya dan tidak menganggap bahwa gaya kepemimpinan laissez faire ini
adalah hal yang buruk.
Sebaiknya bagi para pemimpin (manajerial) dalam
lingkup keperawatan jika memutuskan untuk menggunakan gaya kepemimpinan ini, disarankan untuk
membangun kepercayaan dan pengenalan organisasi/institusi serta peran karyawan
agar tidak terjadi penyimpangan dan menghasilkan produktivitas yang
tinggi.
Daftar Pustaka
Catalano, J. T. 2009. Nursing now-today’s issues, tomorrow’s trends. Philadelphia: F. A.
Davis company.
Daniel Tambunan, S.Sos, MARS, Elfrida Nainggolan, SKM.
2013. Gaya kepemimpinan kepala
ruangan dan produktivitas kerja Perawat pelaksana di instalasi rawat inap rs
hkbp balige 34.Jurnal Keperawatan HKBP Balige, Vol.1, Juni
2013: No.1ISSN 2338-3690
Ellis, J. R dan Hartley, C. L. 2012. Nursing in today’s world-trends, issues, and
management. Philadelphia:
Lippincott Williams and wilkins.
Irman
Somantri, dkk. 2006. Hubungan
Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Gaya Kepemimpinan Dan Tipe Kepribadian
Kepala Ruangan Yang Dipersepsikan Perawat Pelaksana Dengan Kepuasan Kerja. Jakarta; Universitas Indonesia.
Robbins,
S.P. 2007. Perilaku organisasi (Jilid 12).Jakarta: Penerbit Salemba
Empat..
Swansburg,Russel C . 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen keperawatan. Jakarta; EGC.
Komentar
Posting Komentar